Svoboda | Graniru | BBC Russia | Golosameriki | Facebook
Lompat ke isi

Kabupaten Sekadau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Sekadau
Istana Kusumanegara Sekadau
Istana Kusumanegara Sekadau
Lambang resmi Kabupaten Sekadau
Peta
Peta
Kabupaten Sekadau di Kalimantan
Kabupaten Sekadau
Kabupaten Sekadau
Peta
 Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
Ibu kotaSekadau Hilir
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 7
  • Kelurahan: 76
  • Desa: 94
Pemerintahan
 • BupatiAron
 • Wakil BupatiSubandrio
 • Sekretaris DaerahMohammad Isa
Luas
 • Total6.263,07 km2 (2,418,18 sq mi)
Populasi
 • Total221.333
 • Kepadatan35/km2 (92/sq mi)
Demografi
 • AgamaKristen 60,51%
Katolik 46,74%
Protestan 13,77%
Islam 38,63%
Buddha 0,71%
Konghucu 0,11%[1]
 • BahasaIndonesia, Dayak, Galik[2]
 • IPMKenaikan 66,83 (2023)
Sedang[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
6109 Edit nilai pada Wikidata
Pelat kendaraanKB xxxx V*
Kode Kemendagri61.09 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 528.230.870.000,- (2020)[4]
Situs webwww.sekadaukab.go.id


Kabupaten Sekadau adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kota Sekadau berada di kecamatan Sekadau Hilir. Pada akhir 2023, jumlah penduduk Sekadau sebanyak 221.333 jiwa.[1][5]

Kabupaten Sekadau merupakan jalur transportasi segitiga, yakni daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang. Kabupaten Sekadau di resmi berdiri pada tanggal 18 Desember 2003 setelah melakukan pemekaran dari Kabupaten Sanggau.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Sekadau merupakan tempat atau daerah pemekaran dari Kabupaten Sanggau, secara geografis terletak pada 0o38'23" LU dan 0o44'25" LS, serta di antara 110o33'07" BT dan 111o17'44"BT.

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah Kabupaten Sekadau terdiri dari: " Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sanggau " Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang " Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang " Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

Kabupaten Sekadau yang beribu kota di Sekadau memiliki luas 5.444,30 Km² atau 3,71% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat, yang terbagi dalam 76 Desa dan 7 Kecamatan diantaranya Kecamatan Nanga Mahap, Kecamatan Nanga Taman, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Belitang Hilir, Kecamatan Belitang dan Kecamatan Belitang Hulu.

Komoditas unggulan Kabupaten Sekadau yaitu sektor perkebunan, pertanian dan jasa. Sektor Perkebunan komoditas unggulannya adalah Kelapa Sawit, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa, dan Lada. Sub sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan berupa Jagung, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu. sub sektor jasa Pariwisatanya yaitu wisata alam.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pelantikan Panembahan Gusti Mohammad tahun 1932

Sekadau dahulu merupakan daerah pemerintahan kerajaan. Raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah ini adalah:

  1. Dayang Sri Awan
  2. Dayang Sri Bunga
  3. Kyai Dipati Suma Negara
  4. Dayang Kacang
  5. Abang Karang (Kyai Dipati Tumbah Baj)
  6. Dayang Ineh, tahun 1720 menikah dengan Sultan Mangkurat, Raja Melamat (Matan)

Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[6]

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Bupati[sunting | sunting sumber]

No. Bupati Awal Menjabat Akhir Menjabat Wakil Bupati
(3) Aron 19 Juni 2021[7] petahana Subandrio

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Sekadau dalam dua periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019[8] 2019-2024[9]
Gerindra 4 Steady 4
PDI-P 6 Kenaikan 7
Golkar 3 Steady 3
NasDem 3 Steady 3
Perindo (baru) 2
PAN 3 Steady 3
Hanura 4 Penurunan 3
Demokrat 4 Penurunan 3
PKPI 3 Penurunan 2
Jumlah Anggota 30 Steady 30
Jumlah Partai 8 Kenaikan 9

Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Sekadau terdiri dari 7 kecamatan dan 87 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 208.791 jiwa dengan luas wilayah 5.444,20 km² dan sebaran penduduk 38 jiwa/km².[10][11]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sekadau, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Desa
Daftar Desa
61.09.07 Belitang 7
61.09.05 Belitang Hilir 9
61.09.06 Belitang Hulu 13
61.09.04 Nanga Mahap 13
61.09.03 Nanga Taman 13
61.09.01 Sekadau Hilir 17
61.09.02 Sekadau Hulu 15
TOTAL 87


Demografi[sunting | sunting sumber]

Penduduk asli Kabupaten Sekadau adalah etnis Dayak, yang terbagi dalam sub - sub suku Dayak di Kabupaten Sekadau antara lain, Dayak Mualang ( Ibanik Group ), Dayak Ketungau Sesat ( Ibanik Group ), Dayak Kerabat, Dayak Jawant, dan kemudian disusul oleh Melayu Sekadau. Dayak Mualang mempunyai populasi yang terbesar diperkirakan lebih dari 60% penduduk Kab. Sekadau, Sebagian besar bermukim di Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu dan tersebar ke Kec. Sepauk Kab Sintang, populasi besar kedua yaitu: Dayak Ketungau sesat bermukim di Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Dayak Kerabat dan Dayak Jawant bermukim di Sekadau Hulu, Dayak Mentuka (Nanga Taman dan Nanga Mahap}, Suku Dayak Kancikgh (Nanga Taman dan Nanga Mahap), Dayak Menterap Kabut (Nanga Mahap, sedangkan Melayu Sekadau tersebar di pesisir sungai besar yang ada di seluruh kecamatan di Kab. Sekadau, dan sub-sub kecil lainnya yang tersebar di Nanga Taman, Nanga Mahap. Kabupaten Sekadau banyak memiliki peninggalan sejarah di beberapa tempat, antara lain di daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap.

Agama[sunting | sunting sumber]

Mayoritas agama yang dianut suku-suku Dayak di Sekadau adalah Katolik dan Protestan, namun ada sebagian menganut Agama Islam yang berasal dari berbagai etnis terutamanya dari etnis Melayu dan diikuti oleh Jawa, Bugis, dan lainnya. Berdasarkan data pemerintahan kabupaten Sekadau tahun 2018, sekitar 60,51% Penduduknya memeluk Kekristenan, dimana Katolik 46,74% dan Protestan 13,77% dari 212.202 jiwa. Pemeluk agama Islam berjumlah 38,63%, kemudian pemeluk Budha 0,71% serta Konghucu 0,11% yang umunya adalah orang Tionghoa.[1]

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa yang umum digunakan masyarakat Kabupaten Sekadau adalah Bahasa Melayu Sekadau - sebab digunakan di Kota Sekadau dan setiap ibukota kecamatan, kemudian Bahasa Dayak Mualang / Ibanik Group, Bahasa Dayak Ketungau / Ibanik Group, Bahasa Dayak Menterap Kabut (Nanga Mahap). Khusus Dayak Menterap Kabut adalah satu-satunya suku Dayak yang menuturkan bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa lain, selengkapnya dapat Anda baca pada artikel Fonologi Bahasa Dayak Menterap Kabut.[12]

Contoh beberapa kata dalam bahasa daerah Sekadau yang sering digunakan, antara lain seperti:

  • Mesik/Nadai / ndai / nai: tidak
  • Konai/kikai / kini: ke mana
  • Bolek/ngai: tidak mau
  • Pulai: Pulang
  • Makai: makan
  • Bejalai: pergi Jalan
  • Akay Day: Aduhay
  • Akay Nay: Aduh Mak

(bahasa Serumpun Dayak Iban di sebut Ibanik ( Dayak Mualang, Dayak Ketungau Sesat, Dayak Desa, Dayak Seberuang)

Kesenian[sunting | sunting sumber]

Tari[sunting | sunting sumber]

Seni pertunjukan yang masih hidup dan cenderung menuju punah adalah:

  • Tari Tundet
  • Rodat Hadrah pada masyarakat pesisir (Melayu Sekadau)
  • Tari Belangkah/Japin pada masyarakat pesisir (Melayu Sekadau)
  • Tari Pinggan, tersebar di daerah Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu
  • Tari Lang Nginang /Tari Lang, tari tradisional Dayak Mualang, sebagai tarian Ritual, guna menumbuhkan kekuatan, kepercayaan diri terhadap Sabong / pendekar yg akan turun mengayau. tarian ini dilakukan diatas tiang teras Rumah Panyai ( tiang bagian tengah) posisi kaki penari, salah satunya di ikat ditiang tersebut, menggunakan Temeran ( kulit kayu kepuak), pelaku tari tersebut naik ke atas tiang, berputar di tiang, kedua tangan membuka laksana elang yang berputar mengintai mangsa ( ngindang), sebelum melakukan tari harus diadakan upacara adat ( bedara") agar dilindungi petara. para ksatria atau Sabong, sebelum mengayau duduk menyaksikan tarian ini, sebagai simbol keberanian dan strategi mengintai musuh.[butuh rujukan]

tarian ini cenderung punah, karena tingkat kesulitan dalam menarikannya. ( melawan gravitasi) konon tarian ini diturunkan oleh Orang Pangau ( khayangan) melalui seseorang yg yelah mati suri selama beberapa hari. adapun nara sumber tarian ini telah banyak yang meninggal, diantaranya. mediang Sengkuang( merbang), Pak Tungkai ( engkuning), informan tarian ini masih ada beberapa yang hidup di daerah Menawai ( simeon), pelaku yg masih ada di menawai ( aboy). tarian ini telah ada dimasa pengayauan yaitu abad ke 3 sebelum datangnya pengaruh hindu dan masih mengamalkan kepercayaan asli.[butuh rujukan]

  • Tari Pala, tersebar di Belitang Hilir, Kampung Sungai Mirah Desa batu Ancau. Nara Sumber Ibu Jeriah ]
  • Tari Pedang, tersebar di Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu ]
  • Tari Ngajat Temuai Datai, merupakan bentuk tari penyambutan terhadap tamu yang datang dan tersebar di Belitang Hilir, Tengah dan Hulu
  • Tari Sampe, tersebar di daerah Sekadau Hilir, tepatnya di seberang Sungai Kapuas (Dayak Ketunggau sesat wilayah Kedah), merupakan tarian penyambutan tamu, iringan pengantin dan pembukaan acara adat setempat

Kerajinan[sunting | sunting sumber]

Kerajinan masyarakat yang pernah ada ialah Tenun Mualang, yaitu kain tapeh dengan motif kain Engkerebang, Pangit dan lain-lain. Kerajinan Anyam Tangoy: terdapat di Menawai Lingkau Kerajinan Bakul, takin terdapat di Nanga Taman dan Nanga Mahap

Pakaian adat[sunting | sunting sumber]

Pakaian adat kaum laki-laki berupa kain tenun yang terdiri dari:

Senjata tradisional[sunting | sunting sumber]

Senjata tradisional masyarakat Sekadau adalah:

Tempat bersejarah[sunting | sunting sumber]

Sekadau memilik tempat-tempat bersejarah, antara lain:

  • Lawang Kuari Diarsipkan 2017-02-03 di Wayback Machine. ( merupakan rumah betang yang melebur menjadi gua batu dalam legenda Sangik dan Marik ), di Jaman Kerajaan Sekadau, tempat ini digunakan oleh Pangeran Agong.
  • Batu Tinggi
  • Lawang Siti
  • Batu Kenyalau
  • Batu Nyaut
  • Palak Kaba' (Rumah/tempat penyimpanan tengkorak hasil kayau yang berada di Tembawang Gumah Lanau Desa Landau Kodah, Kecamatan Sekadau Hilir.

Konon menurut kisah masyarakat setempat, Lawang Kuari adalah tempat Pangeran Agung mengasingkan diri setelah saudaranya diangkat menjadi raja. Sampai sekarang tempat tersebut dijadikan objek wisata yang terletak di tepi Sungai Kapuas, kurang lebih 1 km dari kota Sekadau ke arah hilir.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 30 Juni 2024. 
  2. ^ "Bahasa di Provinsi Kalimantan Barat". petabahasa.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 30 Juni 2024. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Juni 2024. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 16 April 2021. 
  5. ^ "Kabupaten Sekadau Dalam Angka 2021" (pdf). www.sekadaukab.bps.go.id. hlm. 9, 63. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-16. Diakses tanggal 16 April 2021. 
  6. ^ Staatsblad van Nederlandisch Indië,voor het jaar 1849. Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie. 27 Agustus 1849. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-09. Diakses tanggal 2020-08-20. 
  7. ^ Sutiana, Wiwin (22-06-2021). "Pelantikan Ulang Bupati dan Wakil Bupati Sekadau Pemilihan Tahun 2020". kalbarprov.go.id. Diakses tanggal 24-08-2021. 
  8. ^ Perolehan Kursi DPRD Sekadau 2014-2019
  9. ^ Perolehan Kursi DPRD Sekadau 2019-2024
  10. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  11. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-22. Diakses tanggal 2013-11-16. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]