Svoboda | Graniru | BBC Russia | Golosameriki | Facebook

Tautan-tautan Akses

Cek Fakta: Putin Berkelit soal Rencana Rusia Tempatkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa


Satelit "SWOT" radar canggih, kependekan dari Surface Water and Ocean Topography dan dirancang dan dibangun di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA dekat Los Angeles, terlihat dalam gambar sketsa seniman pada bulan Februari 2015.
Satelit "SWOT" radar canggih, kependekan dari Surface Water and Ocean Topography dan dirancang dan dibangun di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA dekat Los Angeles, terlihat dalam gambar sketsa seniman pada bulan Februari 2015.

Vladimir Putin

Presiden Rusia

“Mereka [AS] baru-baru ini melontarkan tuduhan tidak berdasar, khususnya terhadap Rusia, mengenai rencana penyebaran senjata nuklir di luar angkasa. … Pada saat yang sama, mereka memblokir proposal kami… perjanjian untuk mencegah penyebaran senjata di luar angkasa, yang sudah kami susun pada tahun 2008.”

Menyesatkan

Amerika Serikat secara pribadi memperingatkan Rusia untuk tidak mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa, harian The Wall Street Journal melaporkan pada tanggal 22 Februari. Peringatan tersebut menyusul laporan media yang mengutip sumber-sumber intelijen AS yang mengatakan bahwa rencana Moskow untuk mengembangkan senjata nuklir di luar angkasa telah menimbulkan ancaman serius bagi keamanan nasional AS.

Peringatan kepada Rusia adalah “bagian dari kampanye diplomatik yang dilakukan oleh pemerintahan Biden guna mencegah ancaman, yang juga melibatkan pendekatan terhadap China, India, negara-negara G-7, dan sekutu dekat lainnya yang memiliki kepentingan dalam ruang angkasa dan saluran ke Moskow,” tulis WSJ.

Meskipun rincian temuan intelijen AS masih dirahasiakan, Gedung Putih mengatakan bahwa Rusia sedang berupaya untuk menempatkan senjata nuklir ke luar angkasa yang kemungkinan bisa digunakan terhadap (untuk menghancurkan) satelit-satelit.

Presiden Rusia Vladimir Putin menolak tuduhan (AS) tersebut dan menyebutnya sebagai “tidak berdasar, palsu, dan salah.”

Saat berpidato di depan parlemen Rusia pada tanggal 29 Februari 2024, Putin mengatakan Moskow tidak memiliki rencana untuk mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa dan (justru) menuduh AS menghalangi perjanjian yang dirancang Rusia yang akan melarang penempatan senjata nuklir:

“Mereka [AS] baru-baru ini melontarkan tuduhan tidak berdasar, khususnya terhadap Rusia, mengenai rencana penyebaran senjata nuklir di luar angkasa. Narasi palsu tersebut, dan cerita ini jelas salah, dirancang untuk melibatkan kita dalam negosiasi mengenai persyaratan mereka, yang mana hanya akan menguntungkan Amerika Serikat,” kata Putin.

“Pada saat yang sama, mereka memblokir proposal kami yang telah diajukan selama lebih dari 15 tahun. Yang saya maksud adalah perjanjian pencegahan penyebaran senjata di luar angkasa, yang kami susun pada tahun 2008. (Namun), Tidak ada reaksi apa pun terhadap (usulan) perjanjian tersebut.”

(Pernyataan Putin) itu menyesatkan.

Putin tidak menyebutkan bahwa Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967 melarang penyebaran senjata nuklir di luar angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet termasuk di antara 110 negara yang meratifikasi perjanjian tersebut. Sebanyak 89 negara lainnya menandatangani perjanjian tersebut tetapi belum meratifikasinya.

Perjanjian ini melarang penempatan “senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya” di orbit Bumi, di Bulan atau benda langit lainnya, atau di stasiun luar angkasa. Selain senjata nuklir, istilah “senjata pemusnah massal” juga mencakup senjata kimia, biologi, dan radiologi.

Saat mengutip “perjanjian tentang pencegahan penempatan senjata di luar angkasa” yang dirancang pada tahun 2008, Putin mengacu pada “Perjanjian tentang Pencegahan Penempatan Senjata di Luar Angkasa dan Ancaman atau Penggunaan Kekuatan Terhadap Benda Luar Angkasa,” atau PPWT, yang dipresentasikan bersama oleh Rusia dan China pada Konferensi Perlucutan Senjata yang didukung oleh PBB di Jenewa pada tahun 2008.

AS menentang rancangan perjanjian China-Rusia tersebut, terutama karena perjanjian tersebut tidak mempertimbangkan sistem anti-satelit berbasis darat yang sedang dikembangkan secara aktif oleh China dan Rusia.

Pada bulan Juni 2014, Rusia dan China menyajikan rancangan PPWT yang diperbarui, yang sekali lagi tidak mencakup sistem yang mampu menghantam satelit dari darat. Pada tahun 2024, AS, China, India, dan Rusia telah mengembangkan dan berhasil menguji sistem tersebut, yang dilaporkan (berhasil) menghancurkan satelit-satelit.

Empat presiden A.S. telah menjabat sejak PPT dirancang pada tahun 2008, dan semuanya menyatakan keprihatinan berikut (seperti yang disuarakan pada tanggal 22 Maret 2022, pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, oleh Michael Aho, yang saat itu menjadi penasihat delegasi AS ke konferensi}:

  • Rancangan tersebut tidak memperhitungkan “senjata anti-satelit oleh negara-negara yang berupaya untuk menolak penggunaan dan manfaat luar angkasa oleh negara lain melalui sistem berbasis darat, yang merupakan ancaman paling mendesak terhadap sistem orbit saat ini”;
  • PPWT tidak menawarkan mekanisme verifikasi apa pun, sehingga “verifikasi kepatuhan oleh pihak lain tidak dapat dilakukan”;
  • Penggunaan bahasa yang luas dalam rancangan ini memungkinkan adanya manipulasi. Misalnya, “senjata di luar angkasa” tidak dapat didefinisikan karena banyak sistem luar angkasa memiliki tujuan ganda.
  • Rancangan tersebut “gagal mengatasi kekhawatiran tentang potensi penimbunan dan kemampuan pelarian serta potensi perilaku yang mengganggu dari benda-benda luar angkasa Rusia yang beroperasi di sekitar benda-benda luar angkasa AS.”

Menurut Kari Bingen, direktur Proyek Keamanan Dirgantara di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington D.C., rudal anti-satelit konvensional hanya dapat menghancurkan satu satelit, sedangkan rudal anti-satelit nuklir dapat menghancurkan banyak satelit dan menyebabkan kerusakan strategis.

“Ledakan nuklir di luar angkasa, saya lihat sebagai senjata satu lawan banyak. Jika tujuan Anda adalah menargetkan dan menghancurkan satelit sebanyak mungkin, Anda mungkin menggunakan opsi nuklir ini. Untuk menciptakan ledakan besar, yang membakar satelit mana pun yang berada dalam jangkauan, dan kemudian menciptakan lingkungan dengan radiasi tinggi yang menurunkan lebih banyak satelit dari waktu ke waktu,” jelasnya.

XS
SM
MD
LG