Svoboda | Graniru | BBC Russia | Golosameriki | Facebook

Tautan-tautan Akses

Produk Menstruasi Ramah Lingkungan, Alternatif Baru?


'Kelpon', tampon dari rumput laut, produk inovatif dan ramah lingkungan untuk perempuan dari VYLD. (IG/vyldness)
'Kelpon', tampon dari rumput laut, produk inovatif dan ramah lingkungan untuk perempuan dari VYLD. (IG/vyldness)

Bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, perusahaan rintisan Jerman mempromosikan produk menstruasi berkelanjutan. Tampon ini dapat terurai secara hayati, terbuat dari serat yang berasal dari rumput laut, lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan produk lain di pasaran. Benarkah demikian?

Hampir 50 persen populasi dunia adalah perempuan, yang sebagian besar di antaranya mengalami menstruasi dalam hidup mereka. Di Jerman, sebuah perusahaan rintisan mengatasi masalah ini dengan mengembangkan tampon yang terbuat dari rumput laut. VYLD, perusahaan yang didirikan pada tahun 2021 di Berlin, memulai misi untuk menghasilkan produk inovatif dan ramah lingkungan yang terbuat dari rumput laut. Misi itu itu dimulai dengan tampon.

Salah seorang pendiri VYLD, Ines Schiller, mengatakan, "Visi jangka panjang kami sebenarnya adalah algaeverse, atau alam semesta yang diwarnai produk berkelanjutan berbahan dasar rumput laut. Dan ide keberlanjutan adalah hal yang sangat penting.”

Menurut sekitar 100 perempuan yang ikut serta dalam uji coba tampon rumput laut ini, berbeda dengan tampon yang terbuat dari katun dan seringkali membutuhkan pembungkus plastik untuk dipasang ke dalam vagina, rumput laut pada dasarnya sedikit berlendir dan masih sangat halus ketika dibuat menjadi serat sehingga tidak memerlukan aplikator. Meskipun demikian penutup tampon masih terbuat dari plastik.

Sebagian staf mengatakan mereka sedang mempersiapkan alternatif produk yang dapat terurai, yang juga berasal dari rumput laut.

FORSA: 71 Persen Perempuan Gunakan Tampon Sekali Pakai

Berdasarkan kajian FORSA, sebuah lembaga penelitian yang melakukan kajian empiris tentang hal ini, diketahui bahwa 71 persen perempuan haid menggunakan tampon sekali pakai dan hanya empat persen yang menggunakan tampon organik.

Empat puluh satu persen peserta penelitian itu mengatakan mereka siap memilih produk menstruasi yang dapat digunakan kembali, tetapi mengalami kesulitan untuk memutuskan produk mana yang paling cocok.

Tampon produksi VYLD, Kelpon, terbuat dari biopolimer yang diekstrak dari rumput laut. (IG/vyldness)
Tampon produksi VYLD, Kelpon, terbuat dari biopolimer yang diekstrak dari rumput laut. (IG/vyldness)

Melanie Schiller dari Vyld mengatakan spons produk menstruasi sering kali terbuat dari spons laut dan karenanya tidak vegan.

"Ketika Anda memperhatikan produk menstruasi dari spons dan kemudian berbicara tentang alam, spons adalah makhluk hidup, spons adalah hewan, dan sangat penting bagi kami untuk memproduksi produk vegan. Produk alami lainnya adalah kapas organik. Tetapi di sini, kami juga memiliki kain berbasis tanah yang perlu diputihkan. Untuk memproduksi kapas dibutuhkan banyak air dan juga pestisida, tetapi kami dapat memproduksi tanpa pestisida," jelasnya.

Tampon dari Rumput Laut, Apakah Seefektif Tampon Biasa?

Produk Vyld disebut Kelpon, terbuat dari biopolimer yang diekstrak dari rumput laut.

"Kami tidak menggunakan seluruh rumput laut, tetapi mengekstrak biopolymer dan menggunakan biopolimer ini untuk membuat serat. Serat-serat tersebut secara alami berwarna putih atau tidak berwarna. Itu berarti kami tidak perlu memutihkannya. Dan kemudian diproduksi dengan cara yang sama seperti tampon kapas atau viskose," sebut Melanie Schiller.

Salah satu cara untuk menguji kualitas tampon adalah dengan menggunakan Syngina, sebuah alat yang menguji kapasitas penyerapan tampon. Prosedur pengujiannya distandardisasi sesuai dengan pedoman Asosiasi Perdagangan Eropa Untuk Industri Bukan Tenun (EDANA).

Manfaat lingkungan dari penggunaan rumput laut sangat besar, termasuk fakta bahwa rumput laut dapat terurai secara hayati dan bertindak sebagai penyerap karbon saat tumbuh, menangkap karbon dan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen melalui fotosintesis.

Profesor Biologi Kelautan Terapan di Institut Alfred Wegener di Bremerhaven, Jerman, Laurie Hofmann, mengatakan, "Rumput laut ini seperti tanaman. Rumput laut melakukan fotosintesis. Itu berarti mengambil karbondioksida dari atmosfer atau dari air, dan pada saat bersamaan menghasilkan oksigen. Jadi pada prinsipnya rumput laut menyerap banyak, atau pastinya menyerap banyak karbon.”

Namun ia memperingatkan untuk tidak mencap produk alternatif ini sebagai produk ramah lingkungan tanpa informasi yang cukup. "Seberapa netral karbonnya tergantung pada bagaimana rumput laut dipanen atau dibudidayakan," katanya.

Budidaya Rumput Laut Liar

Saat ini VYLD sedang memanen rumput laut liar, namun mereka ingin membantu mempromosikan budidaya rumput laut tersebut di Eropa.

Kelpon, tampon dari rumput laut produksi VYLD. (IG/vyldness)
Kelpon, tampon dari rumput laut produksi VYLD. (IG/vyldness)

Melanie Schiller mengatakan, "Dengan meningkatkan permintaan rumput laut sebagai bahan baku, kami ingin membantu budi daya rumput laut ini menghasilkan lebih banyak rumput laut. Itu sebenarnya adalah salah satu elemen penting bagi kami. Dan ini adalah momen yang menarik dalam sejarah karena kami belum membudidayakan rumput laut sebanyak itu di Eropa. Kami terutama melakukan panen rumput laut liar dan berharap produk kami dapat membantu membangunnya secara berkelanjutan sejak awal.”

Menurut parlemen Eropa, produk-produk periode plastik adalah barang plastik sekali pakai kelima yang paling umum ditemukan di pantai-pantai Eropa, dan jauh lebih tinggi dibanding gelas plastik dan sedotan.

"Jika kita dapat menghasilkan produk sanitasi yang dapat terurai secara hayati seperti tampon dari rumput laut, maka hal ini jelas memiliki keuntungan besar. Misalnya untuk mengurangi limbah,” imbuh Melanie. [em/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG